Cemilan tradisional kadang jarang dilirik oleh anak muda. Namun, rupanya trend mulai bergeser. Apalagi mulai banyak masyarakat yang mulai memilih produk makanan yang bukan ultra prosessed food. Tentunya makanan dan camilan tradisional bisa menjadi pilihan.
Masyarakan kini mulai tersadar akan keunggulan makanan tradisional yang banyak sekali kelebihannya. Tidak perlu khawatir dengan pengawet makanan dan tambahan kandungan yang berbahaya. Karena biasanya cemilan dan makanan tradisional dimasak tanpa bahan-bahan berpengawet.
Hanya satu dua hari biasanya sudah basi, tapi justru ini yang menjadi kelebihannya. Makanan dan camilan tradisional jadi lebih fresh dan selalu baru. semoga kedepannya trend ini seakin menjamur dan semakin digemari masyarakat, sehingga generasi ke depan bisa menjadi generasi yang lebih sehat, terhindar dari penyakit-penyakit degeneratif yang disebabkan bahan makanan yang kurang baik dan upf.
Makanan Tradisional
Bikang merupakan makanan khas dari suku Mandar, Sulawesi Barat. Bentuknya seperti serabi, yang terbuat dari capuran tepung berat dan santan kelapa. Berbeda dengan surabi pada umumnya, saat diangkat dari cetakannya, bikang dikeluarkan dan ditekan sedemikian rupa sehingga kuenya keluar dan terbentuk garisan-garisan khas.

Bikang biasanya diberikan pewarna untuk menarik perhatian. Aslinya, bikang ini diberikan pewarna alami dari daun suji, sehingga warnanya hijau seperti daun suji. Namun pada perkembangannya, kini banyak bikang yang diberikan warna pink hijau serta cokelat.
Meskipun asalnya dari sulawesi, tapi Bikang ini digemari di masyarakat pulau jawa, karena rasanya yang enak dan mengenyangkan. Makan satu bikang saja sudah cukup kenyang. Karena bikang terbuat dari tepung beras yang kaya akan karbohidrat.
Lokasi Strategies
Salah satu tempat menikmati bikang yang recommended di Malang ada di kawasan sawojajar, namanya Bikang Kuno Pendawi yang berada di ruko sawojajar Mas A55. Lokasinya persis bersebelahan dengan Tomoro Coffee sawojajar, dekat juga dengan Gacoan sawojajar.
Lokasinya sangat strategies, parkiran luas, dan mudah dicari. Namun, satu kekurangannya, disini tidak disediakan tempat untuk makan. Jadi semua pengunjung yang beli, dibungkus (take away) saja. Makan di tempat lain atau di rumah.
Bisa juga sih, kalau mau makan di tomoro, hehehe. jadi beli bikang lalu makannya sambil minum kopi di gerai tomoro.
Konsep Open Kitchen
Di Bikang Kuno Pendawi, konsep yang diusung adalah open kitchen. Jadi pengunjung bisa melihat proses memasak bikang. Bahkan dapurnya terletak di bagian depan gerai. Bagian kasir ada di bagian dalam gerai. sungguh satisfying banget melihat mas-mas yang sedang membolak-balik bikang.
Tidak hanya bikang, namun untuk makanan lain juga dibuat di dapur ini, saat aku kesan terlihat ada petugas yang tengah memasak wortel potongan kubus se wajan besar. Mungkin hendak dibuat isian risol atau atau makanan lainnya. tentu skill masak yang diampu tidak main-main ya. seru banget lihatnya.
elihat as-mas masak bikan dan isian risol saja sudah membuatku terhibur, apalagi sambil menikmati makanan tradisional enak, yummy!
Di dapur ini juga terluhat kebersihan yang cukup terjaga, jadi tidak perlu khawatir akan kualitasnya. Masih ada tetesan adonan yang tercecer tapi cukup wajarlah yaaa. masih bisa ditera pandangan, wkwkwkw.

Berbeda dari Bikang Biasa
Bikang kuno Pendawi ini berbeda dengan bikang biasa. Yang terlihat mencolok adalah dari tapilannya yang lebih besar dari bikang biasa, serta ada krim putih khas dibagian atsa bikang. Krim ini merupakan santan kental yang dibubuhi saat bikang hampir matang. Jadi, krim masih terlihat cukup pekat saat bikang diangkat. Kepul-kepul uap panas sungguh menambah selera. Enak banget!